20180304-palestina-merdeka

Menghafal Qur’an dan Pembebasan Palestina

oleh : SYAIKH DR MAHMOD AS-SYARIF

Ulama’ Palestina

 

Saudaraku se iman rahimakumullah

Apa Hubungan Menghafal Al Qur’an dengan Pembebasan Palestina ?

Cobalah kita simak kisah berikut terlebih dahulu

Pada suatu hari, seorang wali kota Mekkah mengunjungi kota Madinah untuk memenuhi beberapa kebutuhan-kebutuhan yang harus diselesaikan, kemudian bertemulah wali tersebut dengan Umar bin Khattab ra. yang memang tinggal di kota Madinah. Umar bin Khattab ra. pun bertanya kepadanya “Kenapa kamu di Madinah?” ia pun menjawab “saya membutuhkan beberapa hal yang harus saya dapatkan di Madinah”, Amirul Mu’minin kembali bertanya “Bagaimana dengan urusan di kota Mekkah? Apa kau punya orang yang mewakilkanmu disana?” dia pun menjawab ”ada wahai amiirul mu’minin” “Siapa?” “Ibnu ‘Abzah” “Siapa itu?” “Dia seorang Maula (Mantan budak yang telah dibebaskan)” ”Maula ?!” Tanya Umar bin Khattab dengan marah ”Bagaimana bisa kamu menunjuk seorang maula sebagai seorang penggantimu, untuk mengurusi kota yang dulu Nabi saw berdakwah didalamnya, dan memiliki sejarah luar biasa di dalamnya?” “Sabar wahai Amiirul Mu’minin, sesungguhnya Maula tersebut adalah orang yang paling mengerti Kitabullah” Umar bin Khattab pun reda dari marahnya lalu menjawab “Ahsanta (Kamu sudah betul) kalau pertimbanganmu adalah pemahamannya terhadap Al Qur’an, Sesungguhnya Allah mengangkat seseorang dengan Al Qur’an, dan meletakkan seseorang yang tidak mau mendasari dengan Al Qur’an.“

Allah mengangkat mereka yang mengilmui Al Qur’an, mengamalkannya, dan mengajarkannya, maka merekalah orang yang memiliki derajat tinggi di sisi Allah di Dunia dan Akhirat. Adapun orang yang tidak memperhatikan Al Qur’an, walaupun mereka membawa Al Qur’an bahkan menghafalkannya akan tetapi mereka tidak mengetahui apa isi nya, tidak mengamalkan kandungannya, inilah sebab Allah menjadikan mereka menjadi kaum yang paling rendah kedudukannya.  Allah akan menimpakan kepada hatinya rasa gelisah, galau, kesedihan, dan rasa sempit lainnya.

Maka dengan kita memahami kisah di atas, kita akan memahami hubungan antara Al Qur’an dengan pembebasan Palestina.

Saudaraku, pertikaian antara Al-Haq dan yang Bathil di muka Bumi ini tidak akan pernah berhenti sampai hari kiamat. Karena ini merupakan sunnatullah (Ketetapan Allah). Maka bisa kita lihat fenomena yang terjadi di Palestina sekarang, ada sebuah negeri yang didalamnya ada teknologi paling mutakhir, persenjataan yang hebat, tidak mampu mengalahkan pemuda-pemuda Palestina yang bahkan tidak memiliki kompetensi militer sekalipun. ini adalah sebuah keajaiaban yang Allah pertontonkan kepada seluruh Dunia bahwa Palestina dengan pasukan yang sedikit, SDA yang tidak ada, Pertanian tidak punya, bahkan air juga kesulitan, tapi Palestina masih bertahan hingga sampai saat ini.

Orang Zionis yang ada di Israel telah menguasai sebagian besar daerah yang ada di Palestina, tetapi ada satu pemukiman kecil yang ada di Palestina yakni Gaza yang tidak bisa dikuasai oleh orang orang Zionis, padahal panjang daerah nya dari utara ke selatan hanya 37 km. Sampai sekarang zionis tidak bisa menakhlukan kota kecil tersebut. Bahkan mereka sudah berkali-kali mencoba untuk menguasai daerah tersebut, mulai dari tahun 1948, 1956, 1967, 2008, 2014, 2020. Namun tetap tidak bisa mereka kuasai.

Kenapa bisa terjadi seperti itu ?

Dengan peristiwa tersebut, bisa kita mengerti perbedaan antara Perjuangan Qoumiyyah (didasari suatu daerah atau kenegaraan) dan perjuangan Islamiyyah (didasari keislaman).

Apabila orang Palestina hanya menyerukan “Palestine..! Palestine,,,!” saja, maka zionis akan dengan mudah menguasai daerah mereka karena mereka tidak akan ditolong Allah SWT, Akan tetapi apabila yang mereka serukan adalah “Islamiyyah..!! .Islamiyyah…!!” Allah akan terus teguhkan kaki-kaki mereka, Allah kuatkan mereka, dan tidak ada batas bagi mereka untuk terus berjuang, bahkan siapapun bisa ikut berkontribusi dalam perjuangan tersebut. Itulah mengapa orang-orang Gaza masih eksis sampai sekarang dalam perlawanannya melawan zionis yang ada di Israel.  Jumlah penduduk di Gaza itu tidak sampai 2 Juta orangs, akan tetapi di setiap tahunnya mereka melahirkan 200.000 hafidz Al Qur’an. Maa syaa Allah.

Dikisahkan suatu ketika seorang ustadz pergi ke suatu madrasah, ia pun menanyakan kepada siswa-siswa yang sedang duduk di hadapannya, “Ada yang bawa Mushaf ?” seluruh siswa dengan semangat mengangkat mushaf-mushaf mereka, anak-anak disana sangat berpegang teguh dengan Al-Qur’an sampai mereka tidak lupa untuk berbekal Mushaf Al Qur’an di saku mereka. Akan tetapi ada 2 siswa yang tidak membawa mushaf, kemudian ditanya kepada mereka “Kenapa kalian tidak membawa mushaf?” mereka menjawab “kami sudah menghafalnya di luar kepala”.

“Coba kau baca ini ….. ini ….. dan ini …… “ anak tersebut kemudian membacakan surat tersebut, disebutkan surat apa, ayat berapa, kemudian dilanjutkan sampai akhir surat. Ustadz tersebut kembali mengetes anak itu “Baca ini… ini … dan ini….. “anak tersebut kemudian membacakan surat tersebut, disebutkan surat ke berapa, ayat berapa, kemudian dilanjutkan sampai akhir surat. Ustadz tersebut pun berakata “Mungkin anak-anak inilah penyebab Allah masih memberikan pertolongannya untuk kita sampai sekarang”

Allah berfirman dalam QS. AL Hajj ayat 40 :

وَلَيَنصُرَنَّ اللَّهُ مَن يَنصُرُهُ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ

      Artinya  : ”Allah pasti akan menolong orang yang menolog-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuwat lagi Maha Perkasa”

Allah tidak membutuhkan pertolongan siapapun, karena Allah Maha Perkasa, justru kitalah yang membutuhkan pertolongan Allah. Lalu apa yang dimaksud dengan menolong Allah ?

Yang dimaksud menolong Allah ialah menonolong agama Alah, menolong kitabullah, menolong sunnah rosulullah. Dengan cara memahami kitabullah, mengamalkannya, mengamalkannya dan mendakwahkannya.

Ketika seseorang bertanya kepada para pejuang (Mujahidin) di Gaza, “Apa yang ada di pakaian kalian?”, tentu saja mereka membawa geranat, peluru, dan bahan tempur lainnya, akan tetapi ada satu hal yang tidak pernah lupa untuk mereka bawa di saku sebelah kiri bagian dada mereka, mereka ditanya “apa yang ada di dalamnya?” mereka kemudian menunjukkan bahwa yang ada di dalamnya ada sebuah mushaf. Berbeda dengan prajurit-prajurit yang hanya fokus pada kekuatan tempur, peralatan, dan sebagainya, mereka yang berada di Palestina lebih fokus dengan Al Qur’an yang mereka jaga.

Maka tidak ada jalan lain bagi kita untuk membebaskan Al-Aqsha melainkan dengan Al Qur’an dan Sunnah Rosulullah saw, hal itu dilakukan dengan mempelajarinya, mengamalkannya, mengajarkannya, menjiwainya serta menjadi sosok yang mempresentasikan apa yang ada di dalam Al-Qur’an. Karena dengan itulah Allah memenangkan Islam, dan dengan itulah musuh-musuh Allah takut dengan Islam.

Dan perlu kita perhatikan benar-benar pemahaman menyimpang yang telah merebak di kalangan kaum muslim yakni pemahaman yang membedakan atau memisahkan antara Al Qur’an dan Assunnah. Allah swt tidak akan pernah menerima orang yang hanya beramal berdasar Al Qur’an saja dan mengesampingkan sunnahnya Rosulullah.

عَنْ الْمِقْدَامِ بْنِ مَعْدِي كَرِبَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ أَلَا إِنِّي أُوتِيتُ الْكِتَابَ وَمِثْلَهُ مَعَهُ أَلَا يُوشِكُ رَجُلٌ شَبْعَانُ عَلَى أَرِيكَتِهِ يَقُولُ عَلَيْكُمْ بِهَذَا الْقُرْآنِ فَمَا وَجَدْتُمْ فِيهِ مِنْ حَلَالٍ فَأَحِلُّوهُ وَمَا وَجَدْتُمْ فِيهِ مِنْ حَرَامٍ فَحَرِّمُوهُ أَلَا لَا يَحِلُّ لَكُمْ لَحْمُ الْحِمَارِ الْأَهْلِيِّ وَلَا كُلُّ ذِي نَابٍ مِنْ السَّبُعِ وَلَا لُقَطَةُ مُعَاهِدٍ إِلَّا أَنْ يَسْتَغْنِيَ عَنْهَا صَاحِبُهَا وَمَنْ نَزَلَ بِقَوْمٍ فَعَلَيْهِمْ أَنْ يَقْرُوهُ فَإِنْ لَمْ يَقْرُوهُ فَلَهُ أَنْ يُعْقِبَهُمْ بِمِثْلِ قِرَاهُ

      Artinya : Dari Al Miqdam bin Ma’di Karib dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Ketahuilah, sesungguhnya aku diberi Al -Qur’an dan yang semisal bersamanya (As Sunnah). Lalu ada seorang laki-laki yang dalam keadaan kekenyangan duduk di atas kursinya berkata, “Hendaklah kalian berpegang teguh dengan Al-Qur’an! Apa yang kalian dapatkan dalam Al-Qur’an dari perkara halal maka halalkanlah. Dan apa yang kalian dapatkan dalam Al-Qur’an dari perkara haram maka haramkanlah. Ketahuilah! Tidak dihalalkan bagi kalian daging himar jinak, daging binatang buas yang bertaring dan barang temuan milik orang kafir mu’ahid (kafir dalam janji perlindungan penguasa Islam, dan barang temuan milik muslim lebih utama) kecuali pemiliknya tidak membutuhkannya. Dan barangsiapa singgah pada suatu kaum hendaklah mereka menyediakan tempat, jika tidak memberikan tempat hendaklah memberikan perlakukan sesuai dengan sikap jamuan mereka.”

Pembaca sekalian apabila kita ingin dimenangkan oleh Allah, maka kita harus berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi saw.  Dan apabila kita ingin dituliskan sebagai seorang syuhada’ maka kita juga harus berpegang teguh dengan Al Qur’an dan Sunnah Nabi”

Demikian artikel yang bisa disampaikan, semoga kita bisa menjadi muslim yang berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan Sunnah Rosulullah. Serta, semoga kita termasuk orang-orang yang dicatat sebagai pejuang pembebas Pallestina.. Aamiin. 

Wallahu A’lam Bish showab

renungan

Renungan Tentang Pesan Al Qur’an oleh Imam Ibnu Qayyim Al Jauziyah

Perhatikanlah pesan Al Qur’an, niscaya anda bertemu Maharaja yang memiliki seluruh kerajaan, seluruh pujian, kendali segala urusan ada di tanganNya, sumbernya adalah Dia, tempat kembalinya adalah Dia, tidak ada sesuatu pun di penjuru kerajaan Nya yang samar bagiNya, Maha Mengetahui apa yang ada di dalam jiwa hamba-hamba Nya, mengetahui rahasia mereka dan apa yang nampak dari mereka, Maha Esa dalam mengatur kerajaan Nya, mendengar dan melihat, memberi dan menghalangi, memberi pahala dan menghukum, memuliakan dan merendahkan, menciptakan dan memberi Rizki, menghidupkan dan mematikan, menakdirkan, memutuskan, dan mengatur.

(pesan Al Qur’an juga menyatakan bahwa) segala urusan yang besar dan yang kecil turun dari sisi Nya dan naik kepada Nya, seekor semut tidak bergerak kecuali dengan izin Nya, sehelai daun tidak jatuh kecuali diketahui Nya.

(Pesan Al Qur’an) Allah menyanjung wali-wali Nya (para kekasih Allah) dengan amal-amal mereka yang shalih dan sifat-sifat mereka yang terbaik, serta mencela musuh-musuh Nya dengan perbuatan-perbuatan mereka yang buruk dan sifat-sifat mereka yang jelek.

Allah juga membuat perumpamaan, menghadirkan dalil-dalil dan argumentasi-argumentasi secara beragam, menjawab syubhat-syubhat paramusuhdengan jawaban-jawaban paling baik, membenarkan orang benar, mendustakan orang yang dusta, membimbing ke jalan yang benar, mengajak kepada surga Darussalam, menyebutkan sifat-sifatnya, kebaikan dan kenikmatan didalamnya.

Allah juga memperingatkan tentang api neraka dan mengingatkan azabnya, keburukan dan penderitaan di dalamnya. Mengingatkan hamba-hamba-Nya bahwa mereka bergantung pada Nya, sangat membutuhkan Nya dalam segala keadaan, bahwa mereka tidak bisa tidak membutuhkan Nya sekejap mata pun.

Allah juga mengingatkan ketidakbutuhan Nya dari mereka dan dari seluruh makhluk, bahwa Dia Maha Cukup dengan Diri Nya Sendiri dan tidak membutuhkan selain Nya, justru selain Nya bergantung pada Nya dan bahwa tidaklah seseorang mendapatkan kebaikan sekecil semut atau lebih, kecuali dengan karunia dan Rahmat Nya, serta tidaklah dia mendapatkan keburukan sekecil semut atau lebih, kecuali dengan keadilan dan hikmah Nya.

Bila hati para hamba melalui Al Qur’an menyaksikan Maha Raja Yang Maha Agung, Maha Penyayang, Maha Pemurah, lagi Maha Indah, bila Dia demikian, lalu bagaimana bisa jiwa para hamba tidak mencintai Nya dan tidak berlomba untuk bisa dekat kepada Nya, dan memberikan nafasnya untuk mendapatkan kasih sayang Nya, serta Dia menjadi sesuatu yang paling dicintainya daripada selain Nya, dan keridhaan Nya adalah sesuatu yang harus didahulukan atas keridhaan selain Nya? Bagaimana jiwa hamba tidak tergerak untuk mengingatNya, cinta dan kerinduan kepada Nya serta ketenangan dengan Nya, menjadi makanan utamanya, sumber kekuatannya dan kesembuhannya, dimana bila ia hilang, maka ia akan rusak dan binasa sehingga kehidupannya tidak lagi berguna ?

Bentuk-Bentuk Mengabaikan Al Quran

2

إِنَّ اللَّهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا وَيَضَعُ بِهِ آخَرِينَ

Sesungguhnya Allah mengangkat derajat seseorang dengan kitab ini (Al Qur’an) dan merendahkan yang lain dengan kitab ini.” (HR. Muslim no. 817, dari ‘Umar bin Al Khattab)
https://rumaysho.com/

Mungkin kita sebagai seorang manusia pasti pernah merasakan dihina, dihujat atau direndahkan oleh manusia lain. Namun, jika Allah sudah mengangkat derajat kita sebagai hamba-Nya yang mulia maka penilaian yang dilakukan manusia pada kita sudah tak penting lagi. Banyak manusia yang mengagung-agungkan dirinya karena kekuasaan yang dimilikinya, atau kekayaan yang berlimpah, atau kesuksesan. Sehingga, banyak orang yang mengagumi dirinya dan memuliakannya.

Sudah sepantasnya, seorang manusia itu mengejar kemuliaan bukan dengan dunia yang hina dan sifatnya sementara. Melainkan dengan Al Quran, yang kemuliannya terjaga sepanjang masa. Yang dengan diturunkannya telah mengangkat derajat masyarakat Arab yang jahiliah menjadi para pemimpin yang menguasai 2/3 dunia.

Meski begitu, masih saja banyak manusia mencari kemuliaan dengan cara lain dan mengabaikan Al Quran yang telah dijamin untuknya. Padahal ini termasuk bentuk kehinaan bagi seorang hamba yang menjadikan Al Quran sesuatu yang dilalaikan. Di bawah ini mencakup bentuk-betuk mengabaikan Al Quran:

  1. Pertama : Tidak mendengarkannya, tidak beriman padanya, dan tidak menyimaknya.
  2. Kedua : Tidak mengamalkan (ajaran yang terkandung di dalamnya) dan tidak berpijak pada halal dan haram (yang termuat didalamnya), sekalipun dia membaca dan mengimaninya.
  3. Ketiga : Tidak menjadikannya sebagai hakim dan tidak mencari keputusan hukum kepadanya.
  4. Keempat : Tidak merenungkannya, tidak memahaminya dan tidak mengetahui apa yang diinginkan Allah darinya yang dengannya Dia berbicara.
  5. Kelima : Tidak menggunakannya sebagai obat penyembuh dari segala bentuk penyakit hati dan kerusakannya, dimana seseorang mencari kesembuhan penyakit dari selain al Quran, dan tidak menggunakan Al Quran sebagai obat. Semua itu termasuk dalam firman Allah :

 

وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمَٰنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ

“Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al Quran), kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.” (Az Zukhruf : 36)
Referensi: https://tafsirweb.com/

 

Orang-orang diatas memendam kesempitan di dalam dada mereka terhadap Al Quran, padahal mereka mengetahui hal itu dari jiwa mereka dan menyadarinya dari dalam dada mereka. Anda tidak melihat seseorang pelaku bid’ah pun dalam agamanya, kecuali di dalam hatinya terdapat perasaan sempit terhadap ayat Al Quran yang menghalangi dirinya dari keinginannya.

 

Sumber : Dr. Ahmad bin Utsman Al Mazyad. 2018. Pesan-Pesan Emas. Jakarta : Darul Haq.

Quran-and-ph-1024x1024

Bersujudnya Dokter Amerika, Perawat Pria dan Dua Orang Wanita Karena Ayat Allah

Seorang dokter wanita Amerika menghadapi masalah besar di sebuah rumah sakit bersalim, ketika dua orang perempuan bertengkar tentang kepemilikan bayi laki-laki, mereka memperubatkannya. Semua instansi resmi ikut berdatangan untuk menyelesaikan masalah ini. Beberapa saat kemudian, datanglah datanglah seorang ulama muslim dengan membawa cahaya Allah untuk menentukan putusan terhadap tragedy yang menegangkan ini.

Dia berkata, “Bukankah kalian memiliki seuruh peralatan yang detail? Bukankah kalian menguasai teknologi terbaru yang bisa digunakan untuk menimbang secara tepat dan mendetail? Timbanglah berat air susu dari dua perempuan ini. Siapa yang berat air susunya lebih banyak dua kali lipat dari yang lain maka bayi laki-laki itu adalah anaknya, sedangkan perempuan yang satunya adalah ibu dari bayi perempuan itu.”

Ketika mereka mengerjakan itu mereka tercegang luar biasa. Mereka melihat keajaiban ciptaan Allah berapa jumlah air susu yang dua kali lipat daripada yang lain. Seorang dokter senior ingin mendapatkan jawaban dari keheranannya, dia menanyakan hal itu kepada ulama muslim tersebut tentang pengetahuan yang menembus sampai ke wilayah yang sangat teliti seperti itu termasuk sumbernya,

أَلَا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ

Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau rahasiakan); Dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui.”
(Al Mulk : 14)

Sesungguhnya, Allah berfirman dan firman-Nya pasti benar.

يُوصِيكُمُ اللَّهُ فِي أَوْلَادِكُمْ ۖ لِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْأُنْثَيَيْنِ ۚ فَإِنْ كُنَّ نِسَاءً فَوْقَ اثْنَتَيْنِ فَلَهُنَّ ثُلُثَا مَا تَرَكَ ۖ وَإِنْ كَانَتْ وَاحِدَةً فَلَهَا النِّصْفُ ۚ وَلِأَبَوَيْهِ لِكُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا السُّدُسُ مِمَّا تَرَكَ إِنْ كَانَ لَهُ وَلَدٌ ۚ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ وَلَدٌ وَوَرِثَهُ أَبَوَاهُ فَلِأُمِّهِ الثُّلُثُ ۚ فَإِنْ كَانَ لَهُ إِخْوَةٌ فَلِأُمِّهِ السُّدُسُ ۚ مِنْ بَعْدِ وَصِيَّةٍ يُوصِي بِهَا أَوْ دَيْنٍ ۗ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ لَا تَدْرُونَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ لَكُمْ نَفْعًا ۚ فَرِيضَةً مِنَ اللَّهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيمًا حَكِيمًا

“Allah mensyari’atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separo harta. Dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” ( An nisa : 11)

Dokter itu langsung bersujud kepada Allah, ibu dari bayi laki-laki itu juga bersujud kepada Allah, demikian pula ibu yang membuat kebohongan yakni ibu dari bayi perempuan itu juga bersujud kepada Allah seraya mengakui kesalahannya dan mengagumi ciptaan Allah.

Dokter itu bersujud, para perawat ikut bersujud, sebagian pasien juga turut bersujud, orang-orang lain yang hadir di tempat itu juga ikut menyungkur diri bersujud kepada ALLAH.

 

Sumber : Abu Abdurrahman Shalih. 2019. Mukjizat Terkini. Solo : Media Islamika

Bersujudnya Dokter Amerika, Perawat Pria dan Dua Orang Wanita Karena Ayat Allah

Seorang dokter wanita Amerika menghadapi masalah besar di sebuah rumah sakit bersalim, ketika dua orang perempuan bertengkar tentang kepemilikan bayi laki-laki, mereka memperubatkannya. Semua instansi resmi ikut berdatangan untuk menyelesaikan masalah ini. Beberapa saat kemudian, datanglah datanglah seorang ulama muslim dengan membawa cahaya Allah untuk menentukan putusan terhadap tragedy yang menegangkan ini.

Dia berkata, “Bukankah kalian memiliki seuruh peralatan yang detail? Bukankah kalian menguasai teknologi terbaru yang bisa digunakan untuk menimbang secara tepat dan mendetail? Timbanglah berat air susu dari dua perempuan ini. Siapa yang berat air susunya lebih banyak dua kali lipat dari yang lain maka bayi laki-laki itu adalah anaknya, sedangkan perempuan yang satunya adalah ibu dari bayi perempuan itu.”

Ketika mereka mengerjakan itu mereka tercegang luar biasa. Mereka melihat keajaiban ciptaan Allah berapa jumlah air susu yang dua kali lipat daripada yang lain. Seorang dokter senior ingin mendapatkan jawaban dari keheranannya, dia menanyakan hal itu kepada ulama muslim tersebut tentang pengetahuan yang menembus sampai ke wilayah yang sangat teliti seperti itu termasuk sumbernya,

أَلَا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ

Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau rahasiakan); Dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui.”
(Al Mulk : 14)

Sesungguhnya, Allah berfirman dan firman-Nya pasti benar.

يُوصِيكُمُ اللَّهُ فِي أَوْلَادِكُمْ ۖ لِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْأُنْثَيَيْنِ ۚ فَإِنْ كُنَّ نِسَاءً فَوْقَ اثْنَتَيْنِ فَلَهُنَّ ثُلُثَا مَا تَرَكَ ۖ وَإِنْ كَانَتْ وَاحِدَةً فَلَهَا النِّصْفُ ۚ وَلِأَبَوَيْهِ لِكُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا السُّدُسُ مِمَّا تَرَكَ إِنْ كَانَ لَهُ وَلَدٌ ۚ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ وَلَدٌ وَوَرِثَهُ أَبَوَاهُ فَلِأُمِّهِ الثُّلُثُ ۚ فَإِنْ كَانَ لَهُ إِخْوَةٌ فَلِأُمِّهِ السُّدُسُ ۚ مِنْ بَعْدِ وَصِيَّةٍ يُوصِي بِهَا أَوْ دَيْنٍ ۗ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ لَا تَدْرُونَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ لَكُمْ نَفْعًا ۚ فَرِيضَةً مِنَ اللَّهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيمًا حَكِيمًا

“Allah mensyari’atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separo harta. Dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” ( An nisa : 11)

Dokter itu langsung bersujud kepada Allah, ibu dari bayi laki-laki itu juga bersujud kepada Allah, demikian pula ibu yang membuat kebohongan yakni ibu dari bayi perempuan itu juga bersujud kepada Allah seraya mengakui kesalahannya dan mengagumi ciptaan Allah.

Dokter itu bersujud, para perawat ikut bersujud, sebagian pasien juga turut bersujud, orang-orang lain yang hadir di tempat itu juga ikut menyungkur diri bersujud kepada ALLAH.

 

Sumber : Abu Abdurrahman Shalih. 2019. Mukjizat Terkini. Solo : Media Islamika

Ujian Semester Mahasantri

Rabu, 18 Desember 2019

Ujian Akhir Mahasantri Al-Husnayain Tahun Ajaran 2019/2020

 

Segala sesuatu yang berujung ada akhirnya.

Segala sesuatu yang dipelajari ada ujiannya.

Segala macam ujian pasti terlewati, kata seorang santri yang tidak sabar menanti masa liburan.

Pertanyaannya, bukankah melewati ujian tidak menyenangkan tanpa persiapan?

 

Muroja’ah hapalan dari waktu sahur sampai bertemu malam, tidur sebentar tidak terasa, sudah bertemu pagi lagi, beraktivitas ishoma dan beberapa piket yang dikerjakan bersama, begitu cepat berlalu hingga bertemu sore hari. Kewajiban rutin sore setiap mahasantri untuk mengajar les dan TPA Qur’an di beberapa penjuru tempat dan masjid, serta menyimak setoran hapalan para santri Kuttab Al-Husnayain. Selesainya, hari sudah gelap lagi. Shalat wajib berjama’ah mahasantri tak luput ditinggalkan. Setelahnya, halaqoh malam menjadi paten meskipun mata sudah 5 watt seakan merindukan pulau kapuk dan pikiran membayang. Tidak, azzam untuk setoran esok Subuh harus ditanam agar secercah cahaya datang menyabarkan duduknya penghapal Qur’an di malam hari. Tunggu, ternyata fakta ilmiah menyebutkan bahwa otak masih tetap aktif ketika kita tidur. Kemampuanpengorganisasianulanguntukmemperkuatmemoridilakukanotaksaatkitaterlelaptidur. Maka dari itu, akan berbeda hasil setoran hapalan beberapa saat langsung dengan setoran hapalan setelah tidur di malam hari. MasyaAllah Tabarokallahu Ta’Ala dengan segala Ciptaan-Nya

Aktivitas rutin berlalu sangat cepat, hari demi hari mengejar bulan.

Tibalah di penghujung semester, santri diradang ujian dirosah yang yang sangat padat. Dalam masa ujian 3 hari saja, mahasantri semester III menyelesaikan 9 mata kuliah dirosah Islamiyah, meliputi ujian lisan Tajwid, Bahasa Arab, Syakhsiyah Qur’aniyah, Ilmu Dakwah, Adab Thollabul ‘Ilmi, Ushul Fiqih, Aqidah, Musthalah Hadits, dan Peradaban Islam. Sedangkan mahasantri semester I menyelesaikan 5 mata kuliah dirosah, yakni Tajwid, Syakhsiyah Qur’aniyah, Adab Thollabul ‘Ilm, Aqidah, dan Siroh Nabawiyah. Tidak ada seorang pun

Begitu padatnya jadwal ujian pada akhirnya terlewati ditambah lagi beban setoran muroja’ah para santri di sela-sela hari ujian. Beberapa diantaranya maju 4 juz dan 5 juz sekali duduk. Ujian bukanlah penghadang setoran tetapi ujian penantang setoran karena berani setoran itu baik dan menahan setoran itu menunda kebaikan.

Tidakmudah, namunsiapabersungguh-sungguh Allah pastiberikanjalandan Allah tidakakanpernahmenyia-nyiakanpahala orang-orang yang berbuatkebaikan. Tidakkahdinamakankebaikanmembaca 1 huruf Al-Qur’an yang diganjar Allah dengan 10 kebaikan? Makadariitu, meninggalkan Al-Qur’an walausehariadalahmerindudantidakakanpernahtenanghatiinitanpamenyeduhpenawarnya. Seperti Firman-Nya :

 

ﻭَﻧُﻨَﺰّﻝُ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥِ ﻣَﺎ ﻫُﻮَ ﺷِﻔَﺂﺀٌ ﻭَﺭَﺣْﻤَﺔٌ ﻟّﻠْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ ﻭَﻻَ ﻳَﺰِﻳﺪُ ﺍﻟﻈّﺎﻟِﻤِﻴﻦَ ﺇَﻻّ ﺧَﺴَﺎﺭﺍ

 

Dan Kami turunkan dari Al-Qur`an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian” (QS. Al-Israa’: 82).

 

Dan seperti  yang Rasulullah katakan di sebuah hadist riwayat Ibnu Mas’ud

 

عَنْ عَبْد اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ رضى الله عنه يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم- « مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم حرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ ».

 

“Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan الم satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.” (HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 6469)

 

Dan Janji Allah yang tak pernah menyiakan hamba-Nya

 

إِنَّ اللَّهَ لَا يَظْلِمُ مِثْقالَ ذَرَّةٍ وَإِنْ تَكُ حَسَنَةً يُضاعِفْها وَيُؤْتِ مِنْ لَدُنْهُ أَجْراً عَظِيماً (40) فَكَيْفَ إِذا جِئْنا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنا بِكَ عَلى هؤُلاءِ شَهِيداً (41) يَوْمَئِذٍ يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَعَصَوُا الرَّسُولَ لَوْ تُسَوَّى بِهِمُ الْأَرْضُ وَلا يَكْتُمُونَ اللَّهَ حَدِيثاً (42)
Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah; dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipatgandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar. Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti) apabila Kami mendatangkan seorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu). Dan hari itu orang-orang kafir dan orang-orang yang mendurhakai rasul ingin supaya mereka disamaratakan dengan tanah, dan mereka tidak dapat menyembunyikan (dari Allah) sesuatu kejadian pun.”

Masyaallahkeutamaan yang begitubesar, kurangapalagibagipenghapalKalamullah? Kurangsabar, kurangistighfar. Iya.

Asah Potensi Diri Melalui Muhadhoroh

Rabu, 18 Desember 2019

Muhadhoroh Mahasantri

 

Target setoran hapalan menanti setiap hari. Mengejar ayat demi ayat, halaman-demi halaman, lembar demi lembar, juz demi juz, menyelesaikan hapalan yang semoga semuanya selalu karena Allah. Di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al-Husnyaian ini, para mahasantri dididik menjadi da’iyah yang berdasar Qur’an, dibina dengan keterampilan-keterampilan, dan diajarkan pelajaran/dirosah Islamiyah yang membekali mereka untuk kehidupan yang sebenarnya, yakni hidup berdakwah di tengah-tengah masyarakat.

Al-Qur’an yang sejatinya tidak pernah membosankan hati mukmin yang bersih. Namun, kepayahan yang kadangkala mendatangi kegiatan halaqoh para santri berusaha disirnakan dengan berbagai kegiatan selingan. Mukmin mana yang tidak ingin hatinya bersih agar tidak pernah jemu dengan Al-Qur’an. Maka dari itu, salah satu kegiatan selingan diantara padatnya hari-hari santri untuk fokus hapalan dan mencerna berbagai mata kuliah dirosah adalah muhadhoroh. Kegiatan ini dihadiri seluruh penghuni asrama, meliputi para asatidzah dan mahasantri yang tidak ikut tampil.

Seperti halnya pondok pesantren lain, kegiatan ini diisi langsung oleh mahasantri. Mereka memutar otak agar penampilannya bisa sekreatif mungkin dan memukau. Susunan acara yang diawali pembukaan dan tilawah Qur’an, kemudian dilanjutkan  dengan khotbah berbagai bahasa. Beberapa mahasantri yang cakap berbahasa asing/berbahasa daerah aktif dijagokan menjadi kandidat, diantaranya tetu saja bahasa Arab, Bahasa Inggris, Bahasa Jawa, Bahasa NTT, dan Bahasa Indonesia. Diantara pembacaan khotbah-khotbah oleh mahasantri diselingi jeda iklan yang menggelak tawa penonton. Iklan parodi yang dimainkan dengan berbagai kostum dan make up lucu-lucuan.

Ada pula acara parodi peragaan busana yang pada akhirnya menimbulkan ketegangan penonton dengan dimatikannya lampu panggung lalu muncul dua sosok berpakain putih dengan rambut hitam panjang terurai ke depan wajah dalam kondisi kaki yang tidak nampak terlihat, menyerbu keramaian penonton dari belakang di sela keasyikan penonton menyaksikan acara menghadap depan. Ada yang merespon dengan berteriak histeris, ada pula yang biasa saja dan hanya tersenyum seolah tahu kondisi yang akan terjadi, bahkan ada yang sampai menangis ketakutan. Ternyata kondisi mood dan hati begitu berubah. Lihat saja ketika acara puncak muhadhoroh di pondokan.

Puncak acara yang tidak kalah dan begitu menyentuh hati mengambil tema “Kembali Keharibaan Allah”. Sebuah drama dari kisah hidup terakhir baginda Rasulullah yang meninggalkan kita dengan kata-kata beliau yang senantiasa mengingat kita walau di akhir hayat beliau, “Ummatii…. Ummatii…. Ummatii….”. Dan ingatlah selalu apa yang beliau wasiatkan kepada seluruh manusia. “Wahai manusia, Allah telah menjelaskan bagi kalian dalam Alquran, apa yang halal dan haram bagi kalian, apa yang boleh dilakukan dan perkara yang mesti ditinggalkan. Halalkanlah apa yang memang halal bagi kalian, dan haramkanlah apa yang memang haram buat kalian. Percayalah kepada ayat-ayat mutsyabih, kerjakankanlah ayat-ayat yang sudah terang benderang dan ambillah I’tibar dari ayat-ayat perumpaan.” Rasul pun mengangkat kepalanya dan berkata,”Ya Allah aku telah sampaikan (wasiatku) maka saksikanlah.” 

Drama ini diperankan para mahasantri menjadi beberapa tokoh sahabat dekat beliau yang hadir di akhir-akhir masa beberapa saat sebelum wafat. Berbagai kostum penunjang tokoh sahabat zaman dahulu digunakan, mulai dari sorban, tongkat dari ranting pohon, sarung, kumis ala-ala, dan serba-serbi lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Di akhir acara, mereka menampilkan persembahan nasyid Rasululllah untuk mengenang dan mengingatkan kita betapa cintanya beliau kepada umat yang akan ditinggalkan. Dengan begitu, akankah kita ambil bagian ? Jika iya, masihkah istiqomah di sayap kanan ? Sayap kanan dengan bagiannya tersendiri, golongan yang berniat menjaga kitab-Nya. InsyaAllah Aamiin.

savings_650x400_41519054634

Baksos Kuttab Al Husnayain

 

anak penghafal quran

Tips Dari Rasulullah Bagi Penghafal Al Qur’an

Pembaca yang budiman, ternyata Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam telah memberikan tips dalam menghafalkan Al Qur’an agar cepat hafal dan tidak mudah hilang dari ingatan. Simak hadits berikut ini..

Dicatat oleh Ibnu Nashr dalam Qiyamul Lail (73),

حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ عَبْدِ الأَعْلَى ، أَخْبَرَنِي أَنَسُ بْنُ عِيَاضٍ ، عَنْ مُوسَى بْنِ عُقْبَةَ ، عَنْ نَافِعٍ ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : ” إِذَا قَامَ صَاحِبُ الْقُرْآنِ فَقَرَأَهُ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ ذَكَرَهُ وَإِنْ لَمْ يَقُمْ بِهِ نَسِيَهُ “

“Yunus bin Abdil A’la menuturkan kepadaku, Anas bin ‘Iyadh mengabarkan kepadaku, dari Musa bin ‘Uqbah, dari Nafi’ dari Ibnu Umar radhiallahu’anhu, dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, beliau bersabda:

Jika seseorang shahibul Qur’an membaca Al Qur’an di malam hari dan di siang hari ia akan mengingatnya. Jika ia tidak melakukan demikian, ia pasti akan melupakannya‘”

hadits ini dicatat juga imam Muslim dalam Shahih-nya (789), oleh Abu ‘Awwanah dalam Mustakhraj-nya (3052) dan Ibnu Mandah dalam Fawaid-nya (54)

Derajat hadits

Hadits ini shahih tanpa keraguan, semua perawinya tsiqah. Semuanya perawi Bukhari-Muslim kecuali Yunus bin bin Abdil A’la, namun ia adalah perawi Muslim.

Faidah hadits

  1. Hafalan Al Qur’an perlu untuk dijaga secara konsisten setiap harinya. Karena jika tidak demikian akan, hilang dan terlupa. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam,

    إنما مَثَلُ صاحبِ القرآنِ كمثلِ الإبلِ المعَقَّلَةِ . إن عاهد عليها أمسكَها . وإن أطلقها ذهبَت

    Permisalan Shahibul Qur’an itu seperti unta yang diikat. Jika ia diikat, maka ia akan menetap. Namun jika ikatannya dilepaskan, maka ia akan pergi” (HR. Muslim 789)

    Imam Al ‘Iraqi menjelaskan: “Nabi mengibaratkan bahwa mempelajari Al Qur’an itu secara terus-menerus dan membacanya terus-menerus dengan ikatan yang mencegah unta kabur. Maka selama Al Qur’an masih diterus dilakukan, maka hafalannya akan terus ada”.

    Beliau juga mengatakan: “dalam hadits ini ada dorongan untuk mengikat Al Qur’an dengan terus membacanya dan mempelajarinya serta ancaman dari melalaikannya hingga lupa serta dari lalai dengan tidak membacanya” (Tharhu At Tatsrib, 3/101-102)

  2. Kalimat فَقَرَأَهُ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ ذَكَرَهُ (membaca Al Qur’an di malam hari dan mengingatnya di siang hari) menunjukkan bahwa membaca Qur’an dan muraja’ah (mengulang) hafalan Al Qur’an hendaknya dilakukan setiap hari
  3. Anjuran untuk terus mempelajari, membaca dan muraja’ah (mengulang) hafalan Al Qur’an secara konsisten, setiap hari, di seluruh waktu. Al Qurthubi menyatakan: “hal pertama yang mesti dilakukan oleh shahibul qur’an adalah mengikhlaskan niatnya dalam mempelajari Al Qur’an, yaitu hanya karena Allah ‘Azza wa Jalla semata, sebagaimana telah kami sebutkan. Dan hendaknya ia mencurahkan jiwanya untuk mempelajari Al Qur’an baik malam maupun siang hari, dalam shalat maupun di luar shalat, agar ia tidak lupa” (Tafsir Al Qurthubi, 1/20).
  4. Anjuran untuk lebih bersemangat membaca Al Qur’an di malam hari. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

    إِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْئًا وَأَقْوَمُ قِيلًا

    Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu’) dan bacaan (Qur’an) di waktu itu lebih kuat masuk hati” (QS. Al Muzammil)

  5. Anjuran untuk muraja’ah (mengulang) hafalan Al Qur’an di siang hari dan malam hari
  6. Hadits di atas tidak membatasi membaca Qur’an dan muraja’ah (mengulang) hafalan Al Qur’an hanya malam dan siang saja, namun sekedar irsyad (bimbingan) dari Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam agar senantiasa melakukannya. Hadits riwayat Muslim di atas menunjukkan bahwa semakin sering membaca dan muraja’ah itu semakin baik dan semakin mengikat hafalan Al Qur’an. Dan pemilihan waktunya disesuaikan apa yang mudah bagi masing-masing orang. Syaikh Shalih Al Maghamisi, seorang pakar ilmu Al Qur’an, ketika ditanya tentang hal ini beliau menjawab: “waktu menghafal yang utama itu tergantung keadaan masing-masing orang yang hendak menghafal. Adapun berdasarkan tajribat (pengalaman), waktu yang paling baik adalah setelah shalat shubuh” (Sumber: youtube)
  7. Hadits ini dalil bahwa shahibul qur’an, dengan segala keutamaannya, yang dimaksud adalah orang yang menghafalkan Al Qur’an, bukan sekedar membacanya. Al Imam Al Iraqi mengatakan: “yang zhahir, yang dimaksud shahibul qur’an adalah orang yang menghafalkannya” (Tharhu At Tatsrib, 3/101). Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani menyatakan, “ketahuilah, makna dari shahibul Qur’an adalah orang yang menghafalkannya di hati. berdasarkan sabda nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:

    يؤم القوم أقرؤهم لكتاب الله

    “hendaknya yang mengimami sebuah kaum adalah yang paling aqra’ terhadap kitabullah”

    maksudnya yang paling hafal. Maka derajat surga yang didapatkan seseorang itu tergantung pada banyak hafalan Al Qur’annya di dunia, bukan pada banyak bacaannya, sebagaimana disangka oleh sebagian orang. Maka di sini kita ketahui keutamaan yang besar bagi pada penghafal Al Qur’an. Namun dengan syarat ia menghafalkan Al Qur’an untuk mengharap wajah Allah tabaaraka wa ta’ala, bukan untuk tujuan dunia atau harta” (Silsilah Ash Shahihah, 5/281).

al quran

Keutamaan Membaca dan Menghafal Al Qur’an

Di antara keutamaan membaca Al-Qur`an adalah:

1. Akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT.

Umar bin Khattab ra berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah SWT akan mengangkat derajat suatu kaum dengan kitab ini (Al-Qur`an), dengannya pula Allah akan merendahkan kaum yang lain.” (HR Muslim).

2. Menjad syafaat pada hari kiamat.

Abu Umamah ra berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, ‘Bacalah Al-Qur`an sebab Al-Qur`an akan datang pada hari kiamat sebagai sesuatu yang dapat memberikan syafaat (pertolongan) kepada orang keutamaan orang yang mempunyainya.’” (HR Muslim).

3. Hidup bersama para malaikat dan mendapat dua pahala bagi yang belum mahir membacanya.

Aisyah ra berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, “Orang yang membaca Al-Qur`an dan dia sudah mahir dengan bacaannya itu, maka ia beserta para malaikat utusan Allah yang mulia lagi sangat berbakti, sedangkan orang yang membaca Al-Qur`an dan ia belum lancar dan merasa kesukaran dalam membacanya, maka dia memperoleh dua pahala.” (HR Bukhari-Muslim).

4. Membaca satu huruf akan mendapat sepuluh pahala kebajikan.

Ibnu Mas’ud ra berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, “Orang yang membaca sebuah huruf dari Kitabullah (Al-Qur`an), maka ia memperoleh suatu kebaikan, sedang satu kebaikan itu akan dibalas dengan sepuluh kali lipat yang seperti itu. Saya tidak mengatakan bahwa alif lam mim itu satu huruf, tetapi alif adalah satu huruf, lam satu huruf dan mim juga satu huruf.” (HR Imam Tirmidzi).

5. Mendapat ketenangan dan rahmat dari Allah SWT.

Abu Hurairah ra berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, “Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah-rumah Allah untuk melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur`an dan mempelajarinya, melainkan akan turun kepada mereka ketenangan, akan dilingkupi pada diri mereka dengan rahmat, akan dilingkari oleh para malaikat dan Allah pun akan menyebut (memuji) mereka pada makhluk yang ada di dekat-Nya.” (HR Muslim).

6. Khatam Al-Qur`an merupakan amalan yang paling dicintai oleh Allah SWT.

Ibnu Abbas ra berkata bahwa ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah saw, “Wahai Rasulullah, amalan apakah yang paling dicintai Allah?” Beliau menjawab, “Al-hal wal murtahal.” Orang ini bertanya lagi, “Apa itu al-hal wal murtahal, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Yaitu  yang membaca Al-Qur`an dari awal hingga akhir. Setiap kali selesai, ia mengulanginya lagi dari awal.” (HR Tirmidzi).

7. Akan mendapatkan shalawat dan doa dari malaikat.

Sa’ad bin Abi Waqas berkata, “Apabila Al-Qur`an dikhatamkan bertepatan pada permulaan malam, maka malaikat akan bershalawat (berdoa) untuknya hingga subuh. Dan apabila khatam bertepatan pada akhir malam, maka malaikat akan bershalawat dan berdoa untuknya hingga sore hari.” (HR Ad-Darimi).

Keutamaan Menghafal Al-Qur`an

Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur`an, dan sesungguhnya Kami pula yang akan benar-benar memeliharanya. (QS Al-Hijr [15]: 9)

Al-Qur`an merupakan satu-satunya kitab suci di muka bumi ini yang terjaga, baik secara lafadz dan isinya. Rasyid Ridha pernah berkata bahwa satu-satunya kitab suci yang dinukil secara mutawatir dengan cara dihafal dan ditulis adalah Al-Qur`an. Sebagaimana ayat di atas, hal ini  merupakan janji Allah SWT yang akan selalu menjaganya sampa hari kiamat.

Salah satu penjagaan Allah SWT terhadap Al-Qur`an adalah dengan memuliakan para penghafalnya. Rasulullah saw bersabda, “Penghafal Al-Qur`an akan datang pada hari kiamat, kemudian Al-Qur`an akan berkata: ‘Wahai Tuhanku, bebaskanlah dia.’ Kemudian orang itu dipakaikan mahkota karamah (kehormatan). Al-Qur`an kembali meminta: ‘Wahai Tuhanku tambahkanlah.’ Maka, orang tu dipakaikan jubah karamah. Kemudian Al-Qur`an memohon lagi: ‘Wahai Tuhanku, ridhailah dia.’ Maka Allah SWT meridha nya. Dan diperintahkan kepada orang itu: ‘Bacalah dan teruslah naiki (derajat-derajat surga).’ Dan Allah SWT menambahkan dari setiap ayat yang dibacanya tambahan nikmat dan kebaikan.’” (HR Tirmidzi dar Abu Hurairah).

Selain sebagai penjagaan umat Islam terhadap kitab sucinya, menghafal Al-Qur`an merupakan identitas dan kebutuhan setiap muslim. Hal tersebut karena Al-Qur`an adalah jalan hidup setiap muslim. Tanpa adanya hafalan Al-Qur`an, seseorang tidak akan pernah tahu apa yang diperintahkan dan dilarang oleh agama, jiwanya tidak akan pernah terisi oleh ruh ajaran agama. Rasulullah saw bersabda, “Orang yang tidak mempunya hafalan Al-Qur`an sedikit pun adalah seperti rumah kumuh yang mau runtuh.” (HR Tirmidzi).

Menghafal Al-Qur`an baiknya tidak hanya lafadznya, namun harus diiringi dengan pemahaman dan pengamalan. Imam Malik dalam kitabnya Al- Muwatha menceritakan bahwa Ibnu Umar membutuhkan bertahun-tahun— malah ada yang mengatakan delapan tahun lamanya—hanya untuk menghafal surat Al-Baqarah.  Hal ini menunjukkan bahwa para sahabat benar-benar mempelajari dan mengamalkan Al-Qur`an. Allah SWT berfirman, “Janganlah engkau (Muhammad) gerakkan lidahmu (untuk membaca Al-Qur`an) karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya.” (QS Al- Qiyamah [75]:16).

Mengenai sebab turunnya ayat tersebut, Imam Bukhari mengeluarkan hadits dari Ibnu Abbas ra yang berkata bahwa setiap turun wahyu, Rasulullah saw suka menggerak-gerakkan lisannya dengan maksud ingin cepat menghafalnya. Kemud an, Allah SWT menurunkan ayat tersebut. Tentunya, melafadzkan Al-Qur`an saja sudah mendapatkan pahala, apalagi diiringi dengan pemahaman dan pengamalan.

bacalah-quran

Hadits-Hadist Tentang Keutamaan Membaca Al-Qur’an

bacalah-quranBulan Ramadhan merupakan bulan Al-Qur`an. Pada bulan inilah Al-Qur`an diturunkan oleh Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana dalam firman-Nya :

)شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ (البقرة: ١٨٥

“bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur`an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu, dan pembeda (antara yang haq dan yang bathil).” [Al-Baqarah : 185]

Di antara amal ibadah yang sangat ditekankan untuk diperbanyak pada bulan Ramadhan adalah membaca (tilawah) Al-Qur`anul Karim. Banyak sekali hadits-hadits Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam yang menyebutkan tentang keutamaan membaca Al-Qur`an. Di antaranya :

1.      Dari shahabat Abu Umamah Al-Bahili radhiallahu ‘anhu : Saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

« اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِه »

“Bacalah oleh kalian Al-Qur`an. Karena ia (Al-Qur`an) akan datang pada Hari Kiamat kelak sebagai pemberi syafa’at bagi orang-orang yang rajin membacanya.” [HR. Muslim 804]

Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk membaca Al-Qur`an dengan bentuk perintah yang bersifat mutlak. Sehingga membaca Al-Qur`an diperintahkan pada setiap waktu dan setiap kesempatan. Lebih ditekankan lagi pada bulan Ramadhan. Nanti pada hari Kiamat, Allah subhanahu wata’ala akan menjadikan pahala membaca Al-Qur`an sebagai sesuatu yang berdiri sendiri, datang memberikan syafa’at dengan seizin Allah kepada orang yang rajin membacanya.

Faidah (Pelajaran) yang diambil dari hadits :

  1. Dorongan dan motivasi untuk memperbanyak membaca Al-Qur`an. Jangan sampai terlupakan darinya karena aktivitas-aktivitas lainnya.
  2. Allah jadikan Al-Qur`an memberikan syafa’at kepada orang-orang yang senantiasa rajin membacanya dan mengamalkannya ketika di dunia.

2.      Dari shahabat Abu Umamah Al-Bahili radhiallahu ‘anhu : Saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

« … اقْرَءُوا الزَّهْرَاوَيْنِ : الْبَقَرَةَ وَسُورَةَ آلِ عِمْرَانَ؛ فَإِنَّهُمَا تَأْتِيَانِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَأَنَّهُمَا غَمَامَتَانِ أَوْ كَأَنَّهُمَا غَيَايَتَانِ أَوْ كَأَنَّهُمَا فِرْقَانِ مِنْ طَيْرٍ صَوَافَّ تُحَاجَّانِ عَنْ أَصْحَابِهِمَا، اقْرَءُوا سُورَةَ الْبَقَرَةِ فَإِنَّ أَخْذَهَا بَرَكَةٌ وَتَرْكَهَا حَسْرَةٌ وَلاَ تَسْتَطِيعُهَا الْبَطَلَةُ ».

“Bacalah oleh kalian dua bunga, yaitu surat Al-Baqarah dan Surat Ali ‘Imran. Karena keduanya akan datang pada hari Kiamat seakan-akan keduanya dua awan besar atau dua kelompok besar dari burung yang akan membela orang-orang yang senantiasa rajin membacanya. Bacalah oleh kalian surat Al-Baqarah, karena sesungguhnya mengambilnya adalah barakah, meninggalkannya adalah kerugian, dan sihir tidak akan mampu menghadapinya. [HR. Muslim 804]

3. Dari shahabat An-Nawwas bin Sam’an Al-Kilabi radhiallahu ‘anhu berkata : saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

« يُؤْتَى بِالْقُرْآنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَهْلِهِ الَّذِينَ كَانُوا يَعْمَلُونَ بِهِ تَقْدُمُهُ سُورَةُ الْبَقَرَةِ وَآلُ عِمْرَانَ تُحَاجَّانِ عَنْ صَاحِبِهِمَا ».

“Akan didatangkan Al-Qur`an pada Hari Kiamat kelak dan orang yang rajin membacanya dan senantiasa rajin beramal dengannya, yang paling depan adalah surat Al-Baqarah dan surat Ali ‘Imran, keduanya akan membela orang-orang yang rajin membacanya.” [HR. Muslim 805]

Pada hadits ini Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam memberitakan bahwa surat Al-Baqarah dan Ali ‘Imran akan membela orang-orang yang rajin membacanya. Namun Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mempersyaratkan dalam hadits ini dengan dua hal, yaitu :

–          Membaca Al-Qur`an, dan

–          Beramal dengannya.

Karena orang yang membaca Al-Qur`an ada dua type :

–          type orang yang membacanya namun tidak beramal dengannya, tidak mengimani berita-berita Al-Qur`an, tidak mengamalkan hukum-hukumnya. Sehingga Al-Qur`an menjadi hujjah yang membantah mereka.

–          Type lainnya adalah orang-orang yang membacanya dan mengimani berita-berita Al-Qur`an, membenarkannya, dan mengamalkan hukum-hukumnya, … sehingga Al-Qur`an menjadi hujjah yang membela mereka.

Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

القرآن حجة لك أو عليك

“Al-Qur`an itu bisa menjadi hujjah yang membelamu atau sebaliknya menjadi hujjah yang membantahmu.” [HR. Muslim]

Dalam hadits ini terdapat dalil bahwa tujuan terpenting diturunkannya Al-Qur`an adalah untuk diamalkan. Hal ini diperkuat oleh firman Allah subhanahu wata’ala :

( كتاب أنزلناه إليك مبارك ليدبروا آياته وليتذكر أولوا الألباب )

“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah, supaya mereka mentadabburi (memperhatikan) ayat-ayat-Nya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.” [Shad : 29]

“supaya mereka mentadabburi”, yakni agar mereka berupaya memahami makna-maknanya dan beramal dengannya. Tidak mungkin bisa beramal dengannya kecuali setelah tadabbur. Dengan tadabbur akan menghasilkan ilmu, sedangkan amal merupakan buah dari ilmu.

Jadi inilah tujuan diturunkannya Al-Qur`an :

–          untuk dibaca dan ditadabburi maknanya

–          diimani segala beritanya

–          diamalkan segala hukumnya

–          direalisasikan segala perintahnya

–          dijauhi segala larangannya

Faidah (Pelajaran) yang diambil dari hadits :

1.        Al-Qur`an sebagai pemberi syafa’at bagi orang-orang yang rajin membacanya dan beramal dengannya.

2.        Ilmu mengharuskan adanya amal. Kalau tidak maka ilmu tersebut akan menjadi hujjah yang membantahnya pada hari Kiamat.

3.        Keutamaan membaca surat Al-Baqarah dan Ali ‘Imran

4.        Penamaan surat-surat dalam Al-Qur`an bersifat tauqifiyyah.

4.       Dari shahabat ‘Utsman bin ‘Affan radhiallahu ‘anhu berkata, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

(( خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ )) رواه البخاري .

“Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur`an dan mengajarkannya.” [Al-Bukhari 5027]

Orang yang terbaik adalah yang terkumpul padanya dua sifat tersebut, yaitu : mempelajari Al-Qur`an dan mengajarkannya. Ia mempelajari Al-Qur`an dari gurunya, kemudian ia mengajarkan Al-Qur`an tersebut kepada orang lain. Mempelajari dan mengajarkannya di sini mencakup mempelajari dan mengajarkan lafazh-lafazh Al-Qur`an; dan mencakup juga mempelajari dan mengajarkan makna-makna Al-Qur`an.

5.      Dari Ummul Mu`minin ‘Aisyah radhiallahu ‘anha berkata, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

(( الَّذِي يَقْرَأُ القُرْآنَ وَهُوَ مَاهِرٌ بِهِ مَعَ السَّفَرَةِ الكِرَامِ البَرَرَةِ، وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أجْرَانِ )) متفقٌ عَلَيْهِ

“Yang membaca Al-Qur`an dan dia mahir membacanya, dia bersama para malaikat yang mulia. Sedangkan yang membaca Al-Qur`an namun dia tidak tepat dalam membacanya dan mengalami kesulitan, maka baginya dua pahala.” [Al-Bukhari 4937, Muslim 244]

Orang yang mahir membaca Al-Qur`an adalah orang yang bagus dan tepat bacaannya.

Adapun orang yang tidak tepat dalam membacanya dan mengalami kesulitan, maka baginya dua pahala : pertama, pahala tilawah, dan kedua, pahala atas kecapaian dan kesulitan yang ia alami.

6.      Dari shahabat Abu Musa Al-Asy’ari radhiallahu ‘anhu berkata, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

(( مَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي يَقْرَأُ القُرْآنَ مَثَلُ الأُتْرُجَّةِ : رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا طَيِّبٌ ، وَمَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي لاَ يَقْرَأُ القُرْآنَ كَمَثَلِ التَّمْرَةِ : لاَ رِيحَ لَهَا وَطَعْمُهَا حُلْوٌ ، وَمَثلُ المُنَافِقِ الَّذِي يقرأ القرآنَ كَمَثلِ الرَّيحانَةِ : ريحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ ، وَمَثَلُ المُنَافِقِ الَّذِي لاَ يَقْرَأُ القُرْآنَ كَمَثلِ الحَنْظَلَةِ : لَيْسَ لَهَا رِيحٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ )) متفقٌ عَلَيْهِ .

“Perumpaan seorang mu`min yang rajin membaca Al-Qur`an adalah seperti buah Al-Atrujah : aromanya wangi dan rasanya enak. Perumpamaan seorang mu`min yang tidak membaca Al-Qur`an adalah seperti buah tamr (kurma) : tidak ada aromanya namun rasanya manis.

Perumpamaan seorang munafiq namun ia rajin membaca Al-Qur`an adalah seperti buah Raihanah : aromanya wangi namun rasanya pahit. Sedangkan perumpaan seorang munafiq yang tidak rajin membaca Al-Qur`an adalah seperti buah Hanzhalah : tidak memiliki aroma dan rasanya pun pahit.” [Al-Bukhari 5427, Muslim 797]

Seorang mu`min yang rajin membaca Al-Qur`an adalah seperti buah Al-Atrujah, yaitu buah yang aromanya wangi dan rasanya enak. Karena seorang mu`min itu jiwanya bagus, qalbunya juga baik, dan ia bisa memberikan kebaikan kepada orang lain. Duduk bersamanya terdapat kebaikan. Maka seorang mu`min yang rajin membaca Al-Qur`an adalah baik seluruhnya, baik pada dzatnya dan baik untuk orang lain. Dia seperti buah Al-Atrujah, aromanya wangi dan harum, rasanya pun enak dan lezat.

Adapun seorang mu’min yang tidak membaca Al-Qur`an adalah seperti buah kurma. Rasanya enak namun tidak memiliki aroma yang wangi dan harum. Jadi seorang mu’min yang rajin membaca Al-Qur`an jauh lebih utama dibanding yang tidak membaca Al-Qur`an. Tidak membaca Al-Qur`an artinya tidak mengerti bagaimana membaca Al-Qur`an, dan tidak pula berupaya untuk mempelajarinya.

Perumpamaan seorang munafiq, namun ia rajin membaca Al-Qur`an adalah seperti buah Raihanah : aromanya wangi namun rasanya pahit. Karena orang munafiq itu pada dzatnya jelek, tidak ada kebaikan padanya. Munafiq adalah : orang yang menampakkan dirinya sebagai muslim namun hatinya kafir –wal’iyya dzubillah-. Kaum munafiq inilah yang Allah nyatakan dalam firman-Nya :

Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari Akhir,” padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah tambah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” [Al-Baqarah : 8 – 10]

Didapati orang-orang munafiq yang mampu membaca Al-Qur`an dengan bacaan yang bagus dan tartil. Namun mereka hakekatnya adalah para munafiq –wal’iyyadzubillah- yang kondisi mereka ketika membaca Al-Qur`an adalah seperti yang digambarkan oleh Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam :

يقرؤون القرآن لا يتجاوز حناجرهم

“Mereka rajin membaca Al-Qur`an, namun bacaan Al-Qur`an mereka tidak melewati kerongkongan mereka.”

Maka Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam mengumpamakan mereka dengan buah Raihanah, yang harum aromanya, karena mereka terlihat rajin membaca Al-Qur`an; namun buah tersebut pahit rasanya, karena jelek dan jahatnya jiwa mereka serta rusaknya niat mereka.

Adapun orang munafiq yang tidak rajin membaca Al-Qur`an, maka diumpamakan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam seperti buah Hanzhalah, rasanya pahit dan tidak memiliki aroma wangi. Inilah munafiq yang tidak memiliki kebaikan sama sekali. Tidak memiliki aroma wangi, karena memang ia tidak bisa membaca Al-Qur`an, disamping dzat dan jiwanya adalah dzat dan jiwa yang jelek dan jahat.

Inilah jenis-jenis manusia terkait dengan Al-Qur`an. Maka hendaknya engkau berusaha agar menjadi orang mu`min yang rajin membaca Al-Qur`an dengan sebenar-benar bacaan, sehingga engkau seperti buah Al-Atrujah, aromanya wangi, rasanya pun enak.

7.      Dari shahabat ‘Umar bin Al-Khaththab radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

(( إنَّ اللهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الكِتَابِ أقْوَاماً وَيَضَعُ بِهِ آخرِينَ )) رواه مسلم .

“Sesungguhnya Allah dengan Al-Qur`an ini mengangkat suatu kaum, dan menghinakan kaum yang lainnya.” [HR. Muslim 269]