exploratek_daily_en

Ma’had Daily Activity

78307062_120596789405677_5936134635502174208_n 78465512_125563978908958_8725406368846053376_n 79228115_120596839405672_7383471887642263552_n 79848396_125564028908953_4995504898956066816_n IMG-20191216-WA0025 IMG-20200118-WA0011 IMG-20200118-WA0012 IMG-20200118-WA0015 IMG-20200118-WA0018 IMG-20200118-WA0019 IMG-20200118-WA0021 IMG-20200118-WA0060 IMG-20200118-WA0061 IMG-20200118-WA0062 IMG-20200118-WA0063 IMG-20200118-WA0064 IMG-20200118-WA0065 IMG-20200118-WA0066 IMG-20200118-WA0067 IMG-20200118-WA0068 IMG-20200119-WA0002 IMG-20200119-WA0003 ltqalhusnayain_20200119_1 ltqalhusnayain_20200119_8 ltqalhusnayain_20200119_9 ltqalhusnayain_20200119_10 ltqalhusnayain_20200119_11 ltqalhusnayain_20200119_12

Ujian Semester Mahasantri

Rabu, 18 Desember 2019

Ujian Akhir Mahasantri Al-Husnayain Tahun Ajaran 2019/2020

 

Segala sesuatu yang berujung ada akhirnya.

Segala sesuatu yang dipelajari ada ujiannya.

Segala macam ujian pasti terlewati, kata seorang santri yang tidak sabar menanti masa liburan.

Pertanyaannya, bukankah melewati ujian tidak menyenangkan tanpa persiapan?

 

Muroja’ah hapalan dari waktu sahur sampai bertemu malam, tidur sebentar tidak terasa, sudah bertemu pagi lagi, beraktivitas ishoma dan beberapa piket yang dikerjakan bersama, begitu cepat berlalu hingga bertemu sore hari. Kewajiban rutin sore setiap mahasantri untuk mengajar les dan TPA Qur’an di beberapa penjuru tempat dan masjid, serta menyimak setoran hapalan para santri Kuttab Al-Husnayain. Selesainya, hari sudah gelap lagi. Shalat wajib berjama’ah mahasantri tak luput ditinggalkan. Setelahnya, halaqoh malam menjadi paten meskipun mata sudah 5 watt seakan merindukan pulau kapuk dan pikiran membayang. Tidak, azzam untuk setoran esok Subuh harus ditanam agar secercah cahaya datang menyabarkan duduknya penghapal Qur’an di malam hari. Tunggu, ternyata fakta ilmiah menyebutkan bahwa otak masih tetap aktif ketika kita tidur. Kemampuanpengorganisasianulanguntukmemperkuatmemoridilakukanotaksaatkitaterlelaptidur. Maka dari itu, akan berbeda hasil setoran hapalan beberapa saat langsung dengan setoran hapalan setelah tidur di malam hari. MasyaAllah Tabarokallahu Ta’Ala dengan segala Ciptaan-Nya

Aktivitas rutin berlalu sangat cepat, hari demi hari mengejar bulan.

Tibalah di penghujung semester, santri diradang ujian dirosah yang yang sangat padat. Dalam masa ujian 3 hari saja, mahasantri semester III menyelesaikan 9 mata kuliah dirosah Islamiyah, meliputi ujian lisan Tajwid, Bahasa Arab, Syakhsiyah Qur’aniyah, Ilmu Dakwah, Adab Thollabul ‘Ilmi, Ushul Fiqih, Aqidah, Musthalah Hadits, dan Peradaban Islam. Sedangkan mahasantri semester I menyelesaikan 5 mata kuliah dirosah, yakni Tajwid, Syakhsiyah Qur’aniyah, Adab Thollabul ‘Ilm, Aqidah, dan Siroh Nabawiyah. Tidak ada seorang pun

Begitu padatnya jadwal ujian pada akhirnya terlewati ditambah lagi beban setoran muroja’ah para santri di sela-sela hari ujian. Beberapa diantaranya maju 4 juz dan 5 juz sekali duduk. Ujian bukanlah penghadang setoran tetapi ujian penantang setoran karena berani setoran itu baik dan menahan setoran itu menunda kebaikan.

Tidakmudah, namunsiapabersungguh-sungguh Allah pastiberikanjalandan Allah tidakakanpernahmenyia-nyiakanpahala orang-orang yang berbuatkebaikan. Tidakkahdinamakankebaikanmembaca 1 huruf Al-Qur’an yang diganjar Allah dengan 10 kebaikan? Makadariitu, meninggalkan Al-Qur’an walausehariadalahmerindudantidakakanpernahtenanghatiinitanpamenyeduhpenawarnya. Seperti Firman-Nya :

 

ﻭَﻧُﻨَﺰّﻝُ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥِ ﻣَﺎ ﻫُﻮَ ﺷِﻔَﺂﺀٌ ﻭَﺭَﺣْﻤَﺔٌ ﻟّﻠْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ ﻭَﻻَ ﻳَﺰِﻳﺪُ ﺍﻟﻈّﺎﻟِﻤِﻴﻦَ ﺇَﻻّ ﺧَﺴَﺎﺭﺍ

 

Dan Kami turunkan dari Al-Qur`an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian” (QS. Al-Israa’: 82).

 

Dan seperti  yang Rasulullah katakan di sebuah hadist riwayat Ibnu Mas’ud

 

عَنْ عَبْد اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ رضى الله عنه يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عه وسلم- « مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم حرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ ».

 

“Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan الم satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.” (HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 6469)

 

Dan Janji Allah yang tak pernah menyiakan hamba-Nya

 

إِنَّ اللَّهَ لَا يَظْلِمُ مِثْقالَ ذَرَّةٍ وَإِنْ تَكُ حَسَنَةً يُضاعِفْها وَيُؤْتِ مِنْ لَدُنْهُ أَجْراً عَظِيماً (40) فَكَيْفَ إِذا جِئْنا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنا بِكَ عَلى هؤُلاءِ شَهِيداً (41) يَوْمَئِذٍ يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَعَصَوُا الرَّسُولَ لَوْ تُسَوَّى بِهِمُ الْأَرْضُ وَلا يَكْتُمُونَ اللَّهَ حَدِيثاً (42)
Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah; dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipatgandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar. Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti) apabila Kami mendatangkan seorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu). Dan hari itu orang-orang kafir dan orang-orang yang mendurhakai rasul ingin supaya mereka disamaratakan dengan tanah, dan mereka tidak dapat menyembunyikan (dari Allah) sesuatu kejadian pun.”

Masyaallahkeutamaan yang begitubesar, kurangapalagibagipenghapalKalamullah? Kurangsabar, kurangistighfar. Iya.

Asah Potensi Diri Melalui Muhadhoroh

Rabu, 18 Desember 2019

Muhadhoroh Mahasantri

 

Target setoran hapalan menanti setiap hari. Mengejar ayat demi ayat, halaman-demi halaman, lembar demi lembar, juz demi juz, menyelesaikan hapalan yang semoga semuanya selalu karena Allah. Di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al-Husnyaian ini, para mahasantri dididik menjadi da’iyah yang berdasar Qur’an, dibina dengan keterampilan-keterampilan, dan diajarkan pelajaran/dirosah Islamiyah yang membekali mereka untuk kehidupan yang sebenarnya, yakni hidup berdakwah di tengah-tengah masyarakat.

Al-Qur’an yang sejatinya tidak pernah membosankan hati mukmin yang bersih. Namun, kepayahan yang kadangkala mendatangi kegiatan halaqoh para santri berusaha disirnakan dengan berbagai kegiatan selingan. Mukmin mana yang tidak ingin hatinya bersih agar tidak pernah jemu dengan Al-Qur’an. Maka dari itu, salah satu kegiatan selingan diantara padatnya hari-hari santri untuk fokus hapalan dan mencerna berbagai mata kuliah dirosah adalah muhadhoroh. Kegiatan ini dihadiri seluruh penghuni asrama, meliputi para asatidzah dan mahasantri yang tidak ikut tampil.

Seperti halnya pondok pesantren lain, kegiatan ini diisi langsung oleh mahasantri. Mereka memutar otak agar penampilannya bisa sekreatif mungkin dan memukau. Susunan acara yang diawali pembukaan dan tilawah Qur’an, kemudian dilanjutkan  dengan khotbah berbagai bahasa. Beberapa mahasantri yang cakap berbahasa asing/berbahasa daerah aktif dijagokan menjadi kandidat, diantaranya tetu saja bahasa Arab, Bahasa Inggris, Bahasa Jawa, Bahasa NTT, dan Bahasa Indonesia. Diantara pembacaan khotbah-khotbah oleh mahasantri diselingi jeda iklan yang menggelak tawa penonton. Iklan parodi yang dimainkan dengan berbagai kostum dan make up lucu-lucuan.

Ada pula acara parodi peragaan busana yang pada akhirnya menimbulkan ketegangan penonton dengan dimatikannya lampu panggung lalu muncul dua sosok berpakain putih dengan rambut hitam panjang terurai ke depan wajah dalam kondisi kaki yang tidak nampak terlihat, menyerbu keramaian penonton dari belakang di sela keasyikan penonton menyaksikan acara menghadap depan. Ada yang merespon dengan berteriak histeris, ada pula yang biasa saja dan hanya tersenyum seolah tahu kondisi yang akan terjadi, bahkan ada yang sampai menangis ketakutan. Ternyata kondisi mood dan hati begitu berubah. Lihat saja ketika acara puncak muhadhoroh di pondokan.

Puncak acara yang tidak kalah dan begitu menyentuh hati mengambil tema “Kembali Keharibaan Allah”. Sebuah drama dari kisah hidup terakhir baginda Rasulullah yang meninggalkan kita dengan kata-kata beliau yang senantiasa mengingat kita walau di akhir hayat beliau, “Ummatii…. Ummatii…. Ummatii….”. Dan ingatlah selalu apa yang beliau wasiatkan kepada seluruh manusia. “Wahai manusia, Allah telah menjelaskan bagi kalian dalam Alquran, apa yang halal dan haram bagi kalian, apa yang boleh dilakukan dan perkara yang mesti ditinggalkan. Halalkanlah apa yang memang halal bagi kalian, dan haramkanlah apa yang memang haram buat kalian. Percayalah kepada ayat-ayat mutsyabih, kerjakankanlah ayat-ayat yang sudah terang benderang dan ambillah I’tibar dari ayat-ayat perumpaan.” Rasul pun mengangkat kepalanya dan berkata,”Ya Allah aku telah sampaikan (wasiatku) maka saksikanlah.” 

Drama ini diperankan para mahasantri menjadi beberapa tokoh sahabat dekat beliau yang hadir di akhir-akhir masa beberapa saat sebelum wafat. Berbagai kostum penunjang tokoh sahabat zaman dahulu digunakan, mulai dari sorban, tongkat dari ranting pohon, sarung, kumis ala-ala, dan serba-serbi lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Di akhir acara, mereka menampilkan persembahan nasyid Rasululllah untuk mengenang dan mengingatkan kita betapa cintanya beliau kepada umat yang akan ditinggalkan. Dengan begitu, akankah kita ambil bagian ? Jika iya, masihkah istiqomah di sayap kanan ? Sayap kanan dengan bagiannya tersendiri, golongan yang berniat menjaga kitab-Nya. InsyaAllah Aamiin.

savings_650x400_41519054634

Baksos Kuttab Al Husnayain

 

mahad-aly5

Berbuka Bersama

anak penghafal quran

Tips Dari Rasulullah Bagi Penghafal Al Qur’an

Pembaca yang budiman, ternyata Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam telah memberikan tips dalam menghafalkan Al Qur’an agar cepat hafal dan tidak mudah hilang dari ingatan. Simak hadits berikut ini..

Dicatat oleh Ibnu Nashr dalam Qiyamul Lail (73),

حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ عَبْدِ الأَعْلَى ، أَخْبَرَنِي أَنَسُ بْنُ عِيَاضٍ ، عَنْ مُوسَى بْنِ عُقْبَةَ ، عَنْ نَافِعٍ ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : ” إِذَا قَامَ صَاحِبُ الْقُرْآنِ فَقَرَأَهُ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ ذَكَرَهُ وَإِنْ لَمْ يَقُمْ بِهِ نَسِيَهُ “

“Yunus bin Abdil A’la menuturkan kepadaku, Anas bin ‘Iyadh mengabarkan kepadaku, dari Musa bin ‘Uqbah, dari Nafi’ dari Ibnu Umar radhiallahu’anhu, dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, beliau bersabda:

Jika seseorang shahibul Qur’an membaca Al Qur’an di malam hari dan di siang hari ia akan mengingatnya. Jika ia tidak melakukan demikian, ia pasti akan melupakannya‘”

hadits ini dicatat juga imam Muslim dalam Shahih-nya (789), oleh Abu ‘Awwanah dalam Mustakhraj-nya (3052) dan Ibnu Mandah dalam Fawaid-nya (54)

Derajat hadits

Hadits ini shahih tanpa keraguan, semua perawinya tsiqah. Semuanya perawi Bukhari-Muslim kecuali Yunus bin bin Abdil A’la, namun ia adalah perawi Muslim.

Faidah hadits

  1. Hafalan Al Qur’an perlu untuk dijaga secara konsisten setiap harinya. Karena jika tidak demikian akan, hilang dan terlupa. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam,

    إنما مَثَلُ صاحبِ القرآنِ كمثلِ الإبلِ المعَقَّلَةِ . إن عاهد عليها أمسكَها . وإن أطلقها ذهبَت

    Permisalan Shahibul Qur’an itu seperti unta yang diikat. Jika ia diikat, maka ia akan menetap. Namun jika ikatannya dilepaskan, maka ia akan pergi” (HR. Muslim 789)

    Imam Al ‘Iraqi menjelaskan: “Nabi mengibaratkan bahwa mempelajari Al Qur’an itu secara terus-menerus dan membacanya terus-menerus dengan ikatan yang mencegah unta kabur. Maka selama Al Qur’an masih diterus dilakukan, maka hafalannya akan terus ada”.

    Beliau juga mengatakan: “dalam hadits ini ada dorongan untuk mengikat Al Qur’an dengan terus membacanya dan mempelajarinya serta ancaman dari melalaikannya hingga lupa serta dari lalai dengan tidak membacanya” (Tharhu At Tatsrib, 3/101-102)

  2. Kalimat فَقَرَأَهُ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ ذَكَرَهُ (membaca Al Qur’an di malam hari dan mengingatnya di siang hari) menunjukkan bahwa membaca Qur’an dan muraja’ah (mengulang) hafalan Al Qur’an hendaknya dilakukan setiap hari
  3. Anjuran untuk terus mempelajari, membaca dan muraja’ah (mengulang) hafalan Al Qur’an secara konsisten, setiap hari, di seluruh waktu. Al Qurthubi menyatakan: “hal pertama yang mesti dilakukan oleh shahibul qur’an adalah mengikhlaskan niatnya dalam mempelajari Al Qur’an, yaitu hanya karena Allah ‘Azza wa Jalla semata, sebagaimana telah kami sebutkan. Dan hendaknya ia mencurahkan jiwanya untuk mempelajari Al Qur’an baik malam maupun siang hari, dalam shalat maupun di luar shalat, agar ia tidak lupa” (Tafsir Al Qurthubi, 1/20).
  4. Anjuran untuk lebih bersemangat membaca Al Qur’an di malam hari. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

    إِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْئًا وَأَقْوَمُ قِيلًا

    Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu’) dan bacaan (Qur’an) di waktu itu lebih kuat masuk hati” (QS. Al Muzammil)

  5. Anjuran untuk muraja’ah (mengulang) hafalan Al Qur’an di siang hari dan malam hari
  6. Hadits di atas tidak membatasi membaca Qur’an dan muraja’ah (mengulang) hafalan Al Qur’an hanya malam dan siang saja, namun sekedar irsyad (bimbingan) dari Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam agar senantiasa melakukannya. Hadits riwayat Muslim di atas menunjukkan bahwa semakin sering membaca dan muraja’ah itu semakin baik dan semakin mengikat hafalan Al Qur’an. Dan pemilihan waktunya disesuaikan apa yang mudah bagi masing-masing orang. Syaikh Shalih Al Maghamisi, seorang pakar ilmu Al Qur’an, ketika ditanya tentang hal ini beliau menjawab: “waktu menghafal yang utama itu tergantung keadaan masing-masing orang yang hendak menghafal. Adapun berdasarkan tajribat (pengalaman), waktu yang paling baik adalah setelah shalat shubuh” (Sumber: youtube)
  7. Hadits ini dalil bahwa shahibul qur’an, dengan segala keutamaannya, yang dimaksud adalah orang yang menghafalkan Al Qur’an, bukan sekedar membacanya. Al Imam Al Iraqi mengatakan: “yang zhahir, yang dimaksud shahibul qur’an adalah orang yang menghafalkannya” (Tharhu At Tatsrib, 3/101). Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani menyatakan, “ketahuilah, makna dari shahibul Qur’an adalah orang yang menghafalkannya di hati. berdasarkan sabda nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:

    يؤم القوم أقرؤهم لكتاب الله

    “hendaknya yang mengimami sebuah kaum adalah yang paling aqra’ terhadap kitabullah”

    maksudnya yang paling hafal. Maka derajat surga yang didapatkan seseorang itu tergantung pada banyak hafalan Al Qur’annya di dunia, bukan pada banyak bacaannya, sebagaimana disangka oleh sebagian orang. Maka di sini kita ketahui keutamaan yang besar bagi pada penghafal Al Qur’an. Namun dengan syarat ia menghafalkan Al Qur’an untuk mengharap wajah Allah tabaaraka wa ta’ala, bukan untuk tujuan dunia atau harta” (Silsilah Ash Shahihah, 5/281).