Ujian Semester Mahasantri
Rabu, 18 Desember 2019
Ujian Akhir Mahasantri Al-Husnayain Tahun Ajaran 2019/2020
Segala sesuatu yang berujung ada akhirnya.
Segala sesuatu yang dipelajari ada ujiannya.
Segala macam ujian pasti terlewati, kata seorang santri yang tidak sabar menanti masa liburan.
Pertanyaannya, bukankah melewati ujian tidak menyenangkan tanpa persiapan?
Muroja’ah hapalan dari waktu sahur sampai bertemu malam, tidur sebentar tidak terasa, sudah bertemu pagi lagi, beraktivitas ishoma dan beberapa piket yang dikerjakan bersama, begitu cepat berlalu hingga bertemu sore hari. Kewajiban rutin sore setiap mahasantri untuk mengajar les dan TPA Qur’an di beberapa penjuru tempat dan masjid, serta menyimak setoran hapalan para santri Kuttab Al-Husnayain. Selesainya, hari sudah gelap lagi. Shalat wajib berjama’ah mahasantri tak luput ditinggalkan. Setelahnya, halaqoh malam menjadi paten meskipun mata sudah 5 watt seakan merindukan pulau kapuk dan pikiran membayang. Tidak, azzam untuk setoran esok Subuh harus ditanam agar secercah cahaya datang menyabarkan duduknya penghapal Qur’an di malam hari. Tunggu, ternyata fakta ilmiah menyebutkan bahwa otak masih tetap aktif ketika kita tidur. Kemampuanpengorganisasianulanguntukmemperkuatmemoridilakukanotaksaatkitaterlelaptidur. Maka dari itu, akan berbeda hasil setoran hapalan beberapa saat langsung dengan setoran hapalan setelah tidur di malam hari. MasyaAllah Tabarokallahu Ta’Ala dengan segala Ciptaan-Nya
Aktivitas rutin berlalu sangat cepat, hari demi hari mengejar bulan.
Tibalah di penghujung semester, santri diradang ujian dirosah yang yang sangat padat. Dalam masa ujian 3 hari saja, mahasantri semester III menyelesaikan 9 mata kuliah dirosah Islamiyah, meliputi ujian lisan Tajwid, Bahasa Arab, Syakhsiyah Qur’aniyah, Ilmu Dakwah, Adab Thollabul ‘Ilmi, Ushul Fiqih, Aqidah, Musthalah Hadits, dan Peradaban Islam. Sedangkan mahasantri semester I menyelesaikan 5 mata kuliah dirosah, yakni Tajwid, Syakhsiyah Qur’aniyah, Adab Thollabul ‘Ilm, Aqidah, dan Siroh Nabawiyah. Tidak ada seorang pun
Begitu padatnya jadwal ujian pada akhirnya terlewati ditambah lagi beban setoran muroja’ah para santri di sela-sela hari ujian. Beberapa diantaranya maju 4 juz dan 5 juz sekali duduk. Ujian bukanlah penghadang setoran tetapi ujian penantang setoran karena berani setoran itu baik dan menahan setoran itu menunda kebaikan.
Tidakmudah, namunsiapabersungguh-sungguh Allah pastiberikanjalandan Allah tidakakanpernahmenyia-nyiakanpahala orang-orang yang berbuatkebaikan. Tidakkahdinamakankebaikanmembaca 1 huruf Al-Qur’an yang diganjar Allah dengan 10 kebaikan? Makadariitu, meninggalkan Al-Qur’an walausehariadalahmerindudantidakakanpernahtenanghatiinitanpamenyeduhpenawarnya. Seperti Firman-Nya :
ﻭَﻧُﻨَﺰّﻝُ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥِ ﻣَﺎ ﻫُﻮَ ﺷِﻔَﺂﺀٌ ﻭَﺭَﺣْﻤَﺔٌ ﻟّﻠْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ ﻭَﻻَ ﻳَﺰِﻳﺪُ ﺍﻟﻈّﺎﻟِﻤِﻴﻦَ ﺇَﻻّ ﺧَﺴَﺎﺭﺍ
“Dan Kami turunkan dari Al-Qur`an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian” (QS. Al-Israa’: 82).
Dan seperti yang Rasulullah katakan di sebuah hadist riwayat Ibnu Mas’ud
عَنْ عَبْد اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ رضى الله عنه يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عه وسلم- « مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم حرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ ».
“Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan الم satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.” (HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 6469)
Dan Janji Allah yang tak pernah menyiakan hamba-Nya
إِنَّ اللَّهَ لَا يَظْلِمُ مِثْقالَ ذَرَّةٍ وَإِنْ تَكُ حَسَنَةً يُضاعِفْها وَيُؤْتِ مِنْ لَدُنْهُ أَجْراً عَظِيماً (40) فَكَيْفَ إِذا جِئْنا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنا بِكَ عَلى هؤُلاءِ شَهِيداً (41) يَوْمَئِذٍ يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَعَصَوُا الرَّسُولَ لَوْ تُسَوَّى بِهِمُ الْأَرْضُ وَلا يَكْتُمُونَ اللَّهَ حَدِيثاً (42)
“Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah; dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipatgandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar. Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti) apabila Kami mendatangkan seorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu). Dan hari itu orang-orang kafir dan orang-orang yang mendurhakai rasul ingin supaya mereka disamaratakan dengan tanah, dan mereka tidak dapat menyembunyikan (dari Allah) sesuatu kejadian pun.”
Masyaallahkeutamaan yang begitubesar, kurangapalagibagipenghapalKalamullah? Kurangsabar, kurangistighfar. Iya.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!